Definisi
dan Klasifikasi Myoma Uteri
Myoma uteri adalah
neoplasma jinak yang tersusun dari otot polos uteri dan jaringan ikat yang
menumpangnya dan sering juga disebut sebagai fibromyoma, leiomyoma, fibroid.
Dapat bersifat tunggal atau multipel dan mencapai ukuran besar (100 pon)(1,3).
Konsistensinya
keras, dengan batas kapsel yang jelas sehingga dapat dilepaskan dari sekitarnya
(1,3).
Menurut lokalisasi, myoma uteri terdapat di (1,2,6):
a.
cervical
(1-3%)
b.
corporal
Cervical lebih jarang tetapi bila
mencapai ukuran besar dapat menekan kandung kencing dan menyebabkan gangguan
miksi (1) dan juga secara teknik operasinya lebih sukar (1).
Menurut posisi myoma terhadap lapisan-lapisan uterus, dapat dibagi dalam 3 jenis (1,2):
a.
myoma
submukosa
b.
myoma
intramural/interstitial
c.
myoma
subserosa/subperitonal
Myoma Submukosa
Tumbuh tepat di bawah endometrium
dan menonjol ke dalam cavum uteri. Sering juga tumbuh bertangkai yang panjang
dan menonjol melalui serviks menuju ke vagina sehingga dapat terlihat secara
inspekulo dan disebut sebagai Myom
Geburt. Myom pada serviks
dapat menonjol ke dalam saluran serviks sehingga OUE berbentuk bulat sabit.
Karena tumbuh di bawah endometrium
dan di endometriumlah pendarahan uterus yang paling banyak, sehingga myoma
submukosa ini paling sering menyebabkan perdarahan uteri yang banyak dan
iregular (menometrorrhagia). Akibatnya diperlukan tindakan histerektomi pada
kasus myoma dengan perdarahan yang sangat banyak walaupun ukurannya kecil.
Myoma submukosa yang bertangkai
sering terinfeksi (ulserasi) dan mengalami torsi (terpelintir) ataupun menjadi
nekrosis dan apabila hal ini terjadi maka kondisi ini menjadi perhatian utama
sebelum mengatasi myoma itu sendiri (sindrom mirip dengan akut abdomen).
Kemungkinan terjadi degerasi sarkoma
juga lebih besar pada jenis myoma submucosa ini.
Adanya
myoma submucosa dapat dirasakan sebagai suatu “curet bump” (benjolan waktu
kuret).
Myoma Intramural atau
Interstitial
Tumbuh di dinding uterus di antara
serabut myometrium. Ukuran dan konsistensinya bervariasi, kalau besar atau
multipel dapat menyebabkan pembesaran uterus dan berbenjol-benjol.
Myoma Subserosa atau
Subperitoneal
Tumbuh di bawah tunica serosa
(tumbuh keluar dinding uterus) sehingga menonjol keluar pada permukaan uterus,
diliputi oleh serosa.
Myoma jenis ini juga dapat bertangkai. Jika myoma
subserosa yang bertangkai ini mendapat perdarahan extrauterine dari pembuluh
darah omentum, maka tangkainya dapat atrofi dan diserap sehingga terlepas
sehingga menjadi “parasitic
myoma”.
Kadang-kadang vena yang ada di permukaan pecah dan
menyebabkan perdarahan intra abdominal. Malah myoma subserosa ini juga dapat
tumbuh diantara kedua lapisan peritoneal dari ligamentum latum menjadi “myoma intraligamenter” yang dapat menekan ureter dan A.
iliaca, sehingga menimbulkan gangguan miksi dan rasa nyeri.
Patogenesis Myoma Uteri
Penyebab
myoma uteri tidak diketahui. Ada bukti bahwa setiap sel myoma adalah uniselular
yang berasal (monoclonal) dari penelitian glukosa-6-fosfat dehidrogenase. Hal ini
sesuai dengan teori dari Meyer dan De Snoo bahwa asal sel myoma adalah sel
imatur, bukan dari sel otot yang matur (teori cell nest atau teori genitoblast)
(2,3).
Walau tidak
ada bukti bahwa estrogen menyebabkan myoma uteri, tetapi estrogen jelas berpengaruh
terhadap pertumbuhan myoma (menjadi lebih besar) (2). Hal ini juga
sesuai dengan percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen pada kelinci
percobaan yang ternyata dapat menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan
maupun pada tempat lain dalam abdomen (2). Efek fibromatosa ini
dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron (2).
Sel-sel
myoma mempunyai reseptor estrogen yang lebih banyak daripada sel-sel myometrium
yang normal dan hal ini sesuai yang ditemukan oleh penelitian Puukka dan
kawan-kawan (2,3), tapi sel-sel myoma yang tumbuh di endometrium
mempunyai reseptor estrogen yang rendah (3). Sel-sel myoma tidak
mempunyai reseptor progesteron (3). Estrogen mungkin memperbesar
ukuran myoma dengan peningkatan produksi matriks ekstraseluler. Leiomyoma
mungkin bertambah besar dengan terapi estrogen dan selama kehamilan, tetapi hal
tersebut tidak selalu terjadi.
Hipotesis
yang menyatakan HGH (Human Growth Hormon) berhubungan dengan pertumbuhan myoma
telah secara luas dibuktikan tidak berhubungan dengan penelitian
radioimunoassay dari HGH pada wanita hamil dan wanita yang menggunakan estrogen
tapi terdapat spekulasi bahwa pertumbuhan myoma pada kehamilan berhubungan
sinergis dengan aktivitas estradiol dan HPL (Human Placental Lactogen) (3).
Patologi Anatomi Myoma Uteri
Myoma
uteri biasanya multipel, terpisah dan sferis atau berlobulasi yang tidak
teratur (3). Walaupun myoma mempunyai pseudocapsule, myoma ini dapat
jelas dibedakan dari myometrium yang normal dan dapat dienukleasi secara mudah
dari jaringan sekitarnya (1,2,3).
Secara
makroskopis pada potongan melintang, myoma itu berwarna lebih pucat, bulat,
licin dan biasanya padat (3) dan jika myoma yang baru saja diangkat
tersebut dibelah, permukaan tumor terpisah dan mudah dibedakan dari
pseudocapsulenya.
Secara
mikroskopik, myoma uteri terdiri dari berkas otot polos dan jaringan ikat, yang
tersusun seperti konde/pusaran air (Whorled like appearrance) (1,2,3).
Faktor Resiko
Ada beberapa faktor resiko
untuk myoma, selain wanita usia reproduktif. Herediter mungkin berperan. Jika
ibu atau saudara perempuan memiliki myoma, maka itu meningkatkan kemungkinan
berkembangnya myoma (5).
Penelitian mengenai faktor
resiko belum dapat disimpulkan. Meskipun beberapa penelitian memberi kesan
bahwa wanita obese beresiko lebih tinggi myoma, penelitian lain tidak
menunjukan hubungan. Penelitian lain menunjukan bahwa wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral dan wanita atletik beresiko lebih rendah untuk myoma tetapi
penelitian berikutnya gagal menunjukan hubungan ini. Peneliti juga melihat
apakah kehamilan dan kelahiran memberikan efek protektif, tetapi hasilnya belum
jelas (5).
Perubahan Sekunder pada Myoma Uteri
Perubahan
sekunder pada Myoma Uteri ini didasarkan atas gambaran histopatologi dan
terbagi menjadi 2 bagian besar (1,2):
1. Degenerasi
jinak, yang terbagi lagi menjadi 7 (1,2,3).
a. Atrofi
Tanda dan gejala-gejala berkurang atau
menghilang sesuai dengan ukuran myoma yang mengecil pada saat menopause atau
sesudah kehamilan.
b. Degenerasi Hialin (1,2,3,6).
Perubahan ini sering terjadi terutama
pada penderita usia lanjut karena myoma telah menjadi matang. Tumor kehilangan
struktur aslinya menjadi homogen dimana tumor ini tetap berwarna putih tapi di
dalamnya berwarna kuning, lembut bahkan seperti gel/agar-agar (bergelatin).
Tumor ini biasanya asimtomatik.
c. Degenerasi Kistik (Likuifikasi) (1,2,3,6).
Merupakan kelanjutan dari degenerasi
hialin yang ekstrim sehingga seluruh tumor menjadi mencair seolah-olah
menyerupai uterus yang gravid atau kista ovarium.
Stress fisik dapat menyebabkan pecahnya
tumor ini sehingga menyebabkan evakuasi secara mendadak isi cairan tersebut ke
dalam uterus, rongga peritoneum dan ruang retroperitoneal. Dapat juga terjadi pembengkakan
yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma.
d. Kalsifikasi (Degenerasi membatu) (1,2,3,6).
Myoma jenis subserosa yang tersering
mengalami kalsifikasi ini karena sirkulasi darah yang terganggu dan terutama
pada wanita berusia lanjut. Hal ini terjadi karena presipitasi CaCO3
(calcium carbonate) dan fosfat sebagai kelanjutan dari sirkulasi darah yang
terganggu itu. Dengan rontgen, dapat terlihat dengan jelas (opak) dan dikenal
sebagai “ Womb Stone”.
e. Septik atau infeksi dan supurasi (1,2,3).
Sirkulasi yang tidak adekuat menyebabkan
nekrosis sentralis dari tumor yang kemudian terinfeksi terutama terjadi pada
jenis submukosa akibat adanya ulserasi. Hal ini menyebabkan nyeri perut bawah
yang akut disertai demam.
f. Degenerasi merah
(Red or Carneous) (1,2,3,6,7).
Terutama terjadi pada kehamilan dan nifas
dikarenakan trombosis vena dan kongesti dengan perdarahan interstitial
(nekrosis sub akut) sehingga pada irisan melintang tampak seperti daging mentah
dan merah yang diakibatkan penumpukan pigmen hemosiderin dan hemofusin. Selama
kehamilan, ketika degenerasi merah ini terjadi juga diikuti edema dan
hipertrofi myometrium.
Degenerasi
merah ini merupakan degenerasi dan infark yang aseptik. Biasanya pada
degenerasi merah juga menimbulkan rasa sakit yang biasanya akan sembuh sendiri
dan tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus,
sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan.
Tanda dan gejala ini mirip dengan torsi tumor ovarium dan torsi myoma yang
bertangkai.
Komplikasi potensial dari degenerasi
dalam kehamilan meliputi kelahiran preterm dan sangat jarang mencetuskan DIC
(Disseminated Intravascular coagulation).
g. Degenerasi Lemak (myxomatous or fatty) (1,2,3,5)
Merupakan degenerasi asimtomatik yang jarang
terjadi dan merupakan kelanjutan dari degenerasi hialin dan kistik.
2. Degenerasi
malignansi/Sarcomatosa/Ganas (1,2,3).
Myoma uteri yang menjadi
leiomyosarkoma ditemukan hanya 0,32 – 0,6% dari seluruh myoma serta merupakan
50-75% dari semua jenis sarkoma uteri. Kecurigaan malignansi apabila myoma
uteri cepat membesar dan terjadi pembesaran myoma pada menopause.
Patofisiologi
Meskipun myoma umum terjadi, hanya beberapa yang
menimbulkan keluhan, yang tergantung pada ukuran, jumlah dan lokasi myoma. Umumnya myoma timbul karena rangsangan estrogen yang
ada sampai terjadinya menopause. Seiring waktu, myoma asimptomatik sebelumnya
tumbuh dan menjadi simptomatik. Sebaliknya, banyak myoma mengecil pada menopause
(3).
Tekanan pelvis dan
keluhan nyeri disebabkan efek massa. Ini dapat terjadi pada myoma tunggal besar
atau dari kombinasi myoma kecil multipel. Myoma dapat tumbuh sebesar uterus
kehamilan aterm. Yang menarik, mungkin karena pertumbuhan yang lambat dan
akomodasi oleh pasien, beberapa uterus yang sangat besar dapat ditoleransi
dengan baik oleh pasien dan tidak membutuhkan
intervensi. Beberapa myoma yang menganggu ureter dapat menyebabkan
hidronefrosis dan yang lebih jarang obstruksi ureter (3).
Kelainan perdarahan
dikarenakan distorsi kavitas endometrial oleh myoma. Tidak seperti nyeri yang
disebabkan myoma yang besar atau multiple, beberapa pasien mengalami perdarahan
intermenstrual atau menorrhagia dari satu myoma, kecil dan letaknya strategis.
Myoma submukosa
terkadang dapat prolaps sampai ke serviks dan mungkin tidak menimbulkan gejala
atau menimbulkan perdarahan yang signifikan.
Nyeri akut jarang
terjadi dan terjadi karena perpaduan 1 dari 2 kemungkinan. Beberapa myoma pedunculated dapat mengalami torsi
yang menyebabkan nyeri seperti pada torsi ovarium. Myoma besar juga dapat
terganggu pasokan darahnya, menyebabkan infark (myoma degeneratif) yang
menyebabkan nyeri.
Meskipun belum ada
kesepakatan bersama mengenai mekanismenya, myoma diperkirakan berkaitan dengan
infertilitas, malpresentasi fetal, dan kelahiran preterm (practice committee of the American society for reproductive medicine,
2004). Mekanisme yang mungkin termasuk distorsi kavitas endometrial dan
kelainan endometrium yang meliputi myoma (3).
Gejala-Gejala Myoma Uteri
Gejala-gejala myoma hanya terdapat
pada 35-50 % pasien dengan myoma uteri (3). Malah kebanyakan myoma
ini tidak memberikan gejala (kebetulan ditemukan) dan bahkan myoma yang sangat
besar dapat tidak terdeteksi terutama pada pasien yang gemuk (2,3).
Gejala myoma uteri tergantung dari (1,2,3):
a. Jenis myoma (subserosa, intramural,
submukosa)
b.
Besarnya
myoma
c.
Lokalisasi
myoma
d. Perubahan (degenerasi) dan
komplikasi yang terjadi
Gejala-gejala myoma uteri sebagai berikut:
a.
Perdarahan
yang abnormal (menometrorhagia, dismenorrhae)
b.
Nyeri
c.
Akibat
tekanan (pressure effect)
d.
Tumor/massa
di perut bawah
e.
Gejala-gejala
sekunder
f.
Infertilitas
g.
Abortus
spontan
Perdarahan yang
abnormal
Merupakan
gejala yang tersering (+ 30%) dan manifestasi klinik yang paling penting
pada leiomyoma (1,2,3). Biasanya dalam bentuk menorrhagia,
metrorrhagia, dysmenorrheal (1,2,3). Jenis myoma yang sering
menyebabkan perdarahan adalah myoma submukosa (1,3). Beberapa faktor
yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain adalah (2):
1.
Pengaruh
ovarium sehingga terjadi hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma
endometrium.
2. Permukaan endometrium di atas myoma
submukosa
3. Atrofi endometrium di atas myoma submukosa
4. Myometrium tidak dapat berkontraksi
optimal karena adanya sarang myoma diantara serabut myometrium, sehingga tidak
dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
Nyeri
Gejala
ini tidak khas untuk myoma (1,2,3). Nyeri timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada myoma, infeksi, nekrosis, torsi myoma yang bertangkai atau
karena kontraksi myoma subserosa dari cavum uteri (1,2,3). Rasa
nyeri yang diakibatkan infark dari torsi atau degenerasi merah dapat menyerupai
Akut Abdomen (disertai mual dan muntah-muntah) (1,3).
Myoma
yang sangat besar dapat menyebabkan “sensasi berat (penuh)” pada daerah panggul
(3), sensasi massa dalam pelvis, atau sensasi massa yang dapat
diraba melalui dinding perut. Punggung yang pegal atau sakit adalah
gejala yang umum karena penekanan terhadap urat saraf yang menjalar ke
punggung, pinggang dan tungkai bawah (1,3) .
Pada myoma Geburt menyebabkan kanalis servikalis sempit
sehingga timbul dysmenorrhae.
Akibat Tekanan (1,3)
Bila
menekan kandung kemih, akan menimbulkan kerentanan kandung kemih (Bladder Irritability),
polakisuria dan dysuria. Bila urethra tertekan, bisa timbul retentio urine.
Bila berlarut - larut dapat menyebabkan hydroureteronephrosis. Tekanan pada rektum
tidak begitu besar, kadang-kadang menyebabkan konstipasi dan kadang-kadang
sakit pada waktu defekasi. Tumor dalam cavum Douglasi dapat menyebabkan
retensio urine. Kalau besar sekali, mungkin ada gangguan pencernaan, kalau
terjadi tekanan pada Vena Cava Inferior akan terjadi oedema tungkai bawah.
Myoma pada cervical dapat menyebabkan sekret vaginal
yang serosanguineous, perdarahan vaginal, dyspareunia dan infertilitas (3).
Gejala Sekunder (2)
Akibat
perdarahan yang hebat:
-
Anemia
-
Lemah
-
Pusing-pusing
-
Erythrocytosis
pada myoma yang besar
Infertilitas (3)
Myoma dapat menyebabkan
infertilitas, tergantung jumlah, ukuran dan lokasi uterus. Jika terletak pada
dinding terluar uterus, tidak akan menyebabkan infertilitas. Tetapi harus
ditekankan bahwa adanya myoma, jika wanita itu hamil, maka dapat terjadi
aborsi. Jika tidak menyebabkan aborsi, maka akan menimbulkan beberapa masalah
saat melahirkan, durasi persalinan memanjang, mungkin terjadi perdarahan yang
lebih banyak melalui uterus. Jadi myoma harus diangkat dengan pembedahan (4).
Penilaian infertilitas
biasanya termasuk pemeriksaan myoma, khususnya myoma submukosa. USG, HSG, sonohysterography atau hysteroscopy sering dipakai karena myoma
submukosa tidak teraba selama pemeriksaan pelvis (3).
Myoma yang menyebabkan infertilitas
primer hanya 2-10% dari pasien. Jenis myoma yang berhubungan dengan
infertilitas adalah myoma submukosa yang bertangkai dan myoma yang terletak di
dekat cornu.
Infertilitas sekunder yang disebabkan myoma dikarenakan
perdarahan uteri abnormal, motilitas uterine atau tuba yang berpengaruh dengan
transport sperma.
Abortus Spontan (3)
Insidens abortus spontan yang secara
sekunder berhubungan dengan myoma tidak diketahui tapi insidens ini 2 x lebih
banyak daripada wanita hamil normal. Contohnya, kejadian abortus spontan
sebelum myomektomi kira-kira 40% dan sesudah myomektomi kira-kira 20%.
Pemeriksaan
Fisik Pada Myoma Uteri
Myoma dapat secara mudah ditemukan
dengan pemeriksaan rutin bimanual dari uterus atau kadang-kadang dengan palpasi
pada abdomen bawah (3) .
Pemeriksaan Bimanual akan
mengungkapkan tumor padat, keras, teraba berbenjol-benjol, gerakan bebas, tidak
sakit, umumnya terletak di garis tengah atau agak ke samping dan harus
dipastikan bahwa tumor merupakan bagian dari rahim (1,2,3).
Myoma submukosa kadang kala dapat
teraba dengan jari yang masuk ke dalam kanalis servikalis dan terasanya
benjolan pada permukaan kavum uteri (1).
Dengan sondase, cavum uteri menjadi
luas dan tidak rata yang terutama terdapat pada myoma intramural (1,2).
Retroflexi uterus dan retroversi
mungkin menyulitkan pemeriksaan diagnosis fisis walaupun tumor itu merupakan
suatu myoma yang berukuran sedang (3). Apabila servix ditarik ke
atas dan ke belakang simfisis, biasanya ditemukan suatu jaringan fibroid yang
besar (3).
Pencitraan
Pada Myoma Uteri
- Ultrasonography: myoma dapat dideteksi melalui pemeriksaan pelvis. Jika ada keraguan atau jika ada pembesaran uterus harus dikonfirmasi atau dibedakan dari massa pelvis, USG berguna. myoma juga dapat dideteksi dengan CT scan atau MRI, tetapi lebih mahal dan tidak membantu mengambarkan uterus sebaik USG.
USG pelvik umumnya dapat membantu diagnosis dan
menyingkirkan kehamilan sebagai pembesaran hamil (3). USG pelvik
merupakan pemeriksaan pencitraan yang paling utama pada kasus myoma tapi bukan
berarti USG pelvik merupakan pengganti pemeriksaan bimanual dari uterus dan
pemeriksaan abdomen (3).
- HSG or sonohysterography: dalam penilaian kavitas endometrial, jika ada kemungkinan kuat adanya myoma dalam kavitas endometrial, gunakan HSG atau sonohysterography.
- MRI (Magnetic Resonans Imaging): sangat tinggi akurasinya dalam menunjukkan jumlah, besar dan lokasi leiomyoma (3)
- Myomektomi tidak bisa diterima jika pasien memiliki keganasan endometrial. Biopsi endometrial dilakukan sebelum melakukan myomektomi pada pasien diatas 35 tahun yang memiliki riwayat perdarahan tidak teratur.
- Endometrial biopsi: Untuk mencari penyebab lain kelainan perdarahan, seperti kanker uteri, akan diambil contoh sel dari lapisan uterus untuk analisis laboratorium. Prosedur ini disebut biopsi endometrium (5).
Penemuan
Laboratorium Pada Myoma Uteri
Anemia merupakan tanda umum dari
myoma uteri. Anemia ini terjadi karena perdarahan uteri yang banyak dan
penurunan kadar zat besi (3). Kadang-kadang didapatkan eritrositosis
pada pasien.
Hematokrit
akan menjadi normal setelah rahim diangkat dan terjadi peningkatan
erithropoetin (3).
Selain itu, polisitemia dan kelainan
ginjal mengarah pada spekulasi bahwa leiomyoma mungkin menekan ureter
menyebabkan tekanan balik ureter dan kemudian merangsang produksi eritropoeitin
ginjal.
Leukositosis, panas dan kenaikan
sedimentasi mungkin timbul bila terdapat degenerasi atau infeksi akut pada
myoma (3).
Juga
pemeriksaan darah untuk menyingkirkan kelainan perdarahan dan untuk menentukan
tingkat hormon reproduktif yang dihasilkan ovarium.
Pemeriksaan Khusus Pada Myoma Uteri
Histeroskopi
mungkin dapat membantu dalam identifikasi dan juga untuk mengangkat myoma submukosa
(1,3). Laparaskopi lebih jelas dalam menentukan asal dari leiomyoma
dan lebih banyak digunakan untuk myomektomi (3) .
Histeroskopi
adalah pemeriksaan dengan menggunakan histeroskop, yang merupakan teleskop
kecil yang dimasukkan kedalam serviks sampai ke uterus. Tube mengeluarkan gas
atau cairan untuk melebarkan uterus, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan
terhadap dinding uterus dan membuka tuba fallopi. (5). Histeroskop modern bisa sangat kecil sehingga dapat
mencapai serviks dengan dilatasi minimal atau tanpa dilatasi (9).
Dengan histeroskop kita dapat melihat myoma, polip, dan masalah lain yang dapat
menyebabkan perdarahan (9).
Diagnosis Banding Myoma Uteri
Kelainan yang mirip dengan
keluhan dan tanda (5):
§ Adenomyosis.
Pada kondisi ini, kelenjar normal yang terletak pada lapisan uterus menembus
dinding otot uterus. Nyeri terjadi ketika jaringan kelenjar yang berpindah
tempat berkembang selama siklus menstruasi dan mengelupas selama menstruasi.
Perdarahan abnormal terjadi ketika jaringan membesar dan darah merembes dari
otot. Penanganan berupa pembedahan atau terapi hormonal.
§ Disfungsi hormonal. Kelainan hormon yang menyertai
ovulasi dapat menyebabkan perdarahan berat dan penebalan lapisan uterus.
§ Polips uterus (endometrial).
Pertumbuhannya biasanya jinak, membesar dari lapisan uterus. Dapat menyebabkan
perdarahan menstrual berat, noda setelah periode menstruasi atau noda yang tidak
berkaitan dengan menstruasi.
Pada myoma subserosa, diagnosa bandingnya adalah:
a. Massa
solid yang lain seperti tumor ovarium yang solid, tumor dermoid, lymphoma,
limphosarkoma
b.
Kehamilan
uterus gravidus
Pada
myoma submukosa yang dilahirkan diagnosa bandingnya adalah:
a. Inversio
uteri
Pada myoma intramural, diagnosa bandingnya adalah:
a.
Adenomiosis
b.
Khoriokarsinoma
c. Karsinoma korporis uteri atau
sarcoma uteri
Penatalaksanaan Pada Myoma Uteri
Pilihan pengobatan myoma tergantung
umur pasien, paritas, status kehamilan, keinginan untuk mendapatkan keturunan
lagi, keadaan umum dan gejala serta ukuran lokasi serta jenis myoma uteri itu
sendiri (3).
Disini akan dibahas penatalaksanaan
myoma uteri pada wanita yang tidak hamil. Penatalaksanaan myoma uteri pada
wanita hamil akan dibahas tersendiri.
A. Konservatif dengan pemeriksaan periodik
Tidak semua myoma uteri memerlukan pengobatan bedah ataupun
medikamentosa terutama bila myoma itu masih kecil dan tidak menimbulkan
gangguan atau keluhan. Walaupun demikian myoma uteri memerlukan pengamatan 3-6
bulan, maksudnya setiap 3-6 bulan pemeriksaan pelvik dan atau USG pelvik
seharusnya diulang.
Pada wanita menopause, myoma biasanya tidak memberikan
keluhan (1,2,3). Bahkan pertumbuhan myoma dapat terhenti
pertumbuhannya atau menjadi lisut (2).
Estrogen harus digunakan dengan dosis yang terkecil-kecilnya pada wanita post
menopause dengan myoma atau mengontrol gejala-gejala dan ukuran myoma harus
diperiksa dengan pemeriksaan pelvik dan USG pelvik setiap 6 bulan (3).
Perlu diingat bahwa penderita myoma uteri sering mengalami menopause yang
terlambat (2). Bila didapatkan pembesaran myoma pada masa post
menopause, harus dicurigai kemungkinan keganasan dan pilihan terapi dalam hal
ini adalah histerektomi total (1,2,3).
B.
Pengobatan Medikamentosa dengan GnRHa (Gonadotropin
Releasing Hormon Agonist)
Hal ini didasarkan atas pemikiran myoma terdiri
atas sel-sel otot yang diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen. Pemberian GnRH
dapat selama 16 minggu pada myoma uteri menghasilkan degenerasi hialin hingga
uterus menjadi mengecil. Karena itu GnRH berguna mengontrol perdarahan (kecuali
pada polipoid submukosa yang malah dapat memperberat perdarahan).
- Untuk merangsang siklus menstruasi baru, hipotalamus menghasilkan GnRH yang kemudian dibawa ke kelenjar pituitary, lalu merangsang ovarium untuk menghasilkan estrogen dan progesteron (5).
- Obat yang disebut Gn-RH agonists (Lupron, Synarel) beraksi seperti GnRH. Tetapi ketika dipakai sebagai terapi, agonis GnRH memberikan efek yang berlawanan terhadap hormon alami yang ada. Estrogen dan progesteron rendah, menstruasi berhenti, myoma mengecil dan anemia membaik (5).
GnRH
dapat diberikan dengan suntikan setiap bulan, nasal spray, atau ditanam dibawah
kulit yang akan mengurangi kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh sehingga
myom dapat mengecil. Namun, keamanan jangka panjang dan keefektifannya belum
ditentukan, tingkat hipoestrogenik dalam waktu lama meningkatkan resiko
osteoporosis.
Menurut literatur terakhir, pemakaian GnRHa lebih dari 3
bulan menyebabkan myomektomi lebih sulit (7).Pemakaian GnRHa hanya boleh digunakan sementara karena
GnRH menyebabkan menopause yang palsu (4,7). Bila pemakaian GnRH
dihentikan maka myoma yang lisut itu tumbuh kembali dibawah pengaruh estrogen
karena myoma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam konsentrasi yang
tinggi (6).
- Androgens. Ovarium dan kelenjar adrenal menghasilkan androgen. Danazol, sintetik testosterone mengecilkan tumor fibroid, mengurangi ukuran uterus, menghentikan menstruasi dan memperbaiki anemia. Namun menimbulkan efek samping yang tidak enak seperti berat badan bertambah, dysphoria, jerawat, sakit kapala, pertumbuhan rambut yang tidak diinginkan dan suara yang lebih berat, menyebabkan banyak wanita menghindarinya (5).
- Pengobatan lain. Kontrasepsi oral atau progestin dapat membantu mengontrol perdarahan menstruasi tetapi tidak mengurangi ukuran fibroid. AINS, pengobatan non hormonal, efektif terhadap perdarahan vaginal berat yang tidak berkaitan dengan myoma, mereka tidak mengurangi perdarahan yang disebabkan oleh myoma (5).
Leiomyoma
merupakan hasil proliferasi sel otot halus dan proliferasi sel tersebut
dihambat oleh heparin. Pengertian
ini memberikan harapan bahwa heparin dapat digunakan sebagai terapi myoma.
Terapi dengan AINS, pil kontrasepsi oral, progestins,
androgens, dan analog GnRH dicoba (Davis, 1995) (3).
C.
Pengobatan Operatif
Ada 4 dasar pengobatan operatif untuk myoma, yaitu :
1. Myomektomi
Definisi
Adalah tindakan bedah dimana pengambilan myom melalui
laparatomi atau laparoskopi tergantung ukuran, jumlah dan lokasi myom(9).
Dilakukan pengambilan sarang myoma saja tanpa pengangkatan uterus.(6)
Myomektomi dilakukan bila masih menginginkan keturunan, syaratnya harus
dilakukan dilatasi kuretase dulu untuk menghilangkan kemungkinan keganasan (1). Myomektomi berhasil untuk mengontrol
perdarahan kronik akibat myoma.(7)
Indikasi
Myomektomi juga
sering diterapkan pada pasien dengan infertilitas karena adanya myoma.
Penelitian yang mendukung myomektomi sebagai upaya memperbesar fertilitas masih
tidak valid; meskipun demikian, rekomendasi kini untuk melakukan myomektomi
terhadap wanita yang infertil setelah penyebab lain disingkirkan (Practice
Committee of the American Society for Reproductive Medicine, 2004) (3).
Myoma dapat
diangkat dengan pembedahan laparotomi atau laparoskopik, tergantung jumlah dan
ukuran myoma. Jika lebih besar dari 7 cm, atau jika jumlahnya lebih dari 4,
atau jika letaknya dekat tuba fallopi, myoma harus diangkat dengan laparotomi.
Myoma pedunculated dapat dieksisi dengan pembedahan laparoskopik (3).
Jika wanita itu
menginginkan kehamilan, diijinkan setelah 4 bulan pengangkatan myoma.
Jika wanita itu
sudah hampir menopause dan tidak ada keluhan, maka tidak dibutuhkan penanganan (4).
Kontraindikasi
Myomektomi tidak beralasan dilakukan pada myoma simptomatik pada pasien
yang tidak lagi menginginkan kesuburan atau mempertahankan uterus lagi.
Sebaiknya tidak dilakukan pada pasien yang ada kemungkinan kanker endometrial
atau sarkoma uterina. Dihindarkan pada pasien yang sedang hamil, sebaiknya
tidak dikerjakan pada pasien asimptomatik. Tidak ada bukti yang mendukung bahwa
myomektomi profilaktik dari myoma asimptomatik menurunkan resiko di masa
mendatang (3).
Kontraindikasi
relatif termasuk kemungkinan besar bahwa uterus fungsional tidak dapat
direkonstruksi setelah eksisi myoma.
Myoma yang
terletak pada daerah pembuluh darah atau ligamen terkadang sulit untuk
mengangkat tanpa melakukan histerektomi. Jika pasien memiliki beberapa myoma
kecil, angkat dan rekonstruksi uterus untuk mendukung kehamilan dimasa
mendatang.
Komplikasi
Jangka pendek
termasuk pendarahan, infeksi, kerusakan visceral dan tromboemboli (3).
Pada 1996, Iverson dkk, hampir 13% pasien memiliki
temperatur lebih dari atau 38.5°C (101.3°F) 48 jam postoperatif dan diberikan
antibiotik. Pasien yang menjalani myomektomi
biasanya demam terjadi dalam 48 jam postoperasi, fenomena ini unik pada
prosedur ini. Hal ini juga dipelajari Iverson dkk (1999) mencatat 33 % demam
terjadi dalam 48 jam pertama. “Demam
myomektomi “ ini diduga disebabkan keluarnya faktor pirogenik selama
diseksi myoma atau dari hematoma pada defek yang ditinggalkan karena
penangkatan myoma (3).
Resiko jangka
pendek penting adalah kebutuhan untuk mengubah myomektomi menjadi histerektomi
selama intraoperatif. Ini terjadi karena 2 alasan. Pertama, rekonstruksi uterus
tidak memungkinkan karena banyaknya defek karena pengangkatan myoma kecil
multipel atau myoma luas tunggal. Kedua, histerektomi diperlukan intraoperatif untuk
mengontrol perdarahan (3).
Kerugian myomektomi adalah: (1)
a. melemahkan dinding uterus – ruptura uteri pada
waktu hamil
b. menyebabkan perlekatan
c. residif
2.
Histeroskopi
Menggunakan pipa
panjang dengan kamera, dimasukkan kedalam vagina dan uterus untuk melihat
myoma, kemudian myoma di potong dan di buang. Teknik ini tidak dapat dilakukan pada myoma yang terdapat di dalam dinding
uterus atau pada myoma yang bertangkai.
3.
Miolisis
Merupakan teknik
operasi terbaru di Amerika, dengan menggunakan jarum elektrik yang dimasukkan
kedalam myoma pada saat laparoskopi, yang dapat
menghentikan peredaran darah ke myoma sehingga myoma mengecil (9).
4.
Histerektomi
Merupakan teknik operasi untuk mengangkat /
membuang uterus. Teknik ini merupakan cara yang terbaik untuk menyembuhkan
myoma uteri, biasanya dilakukan pada wanita dengan myoma yang besar, dan
multipel, perdarahan yang banyak, menjelang / sudah menopause dan tidak
menginginkan anak (9).
The American College of Obstetricians and
Gynecologists memiliki kriteria untuk myoma untuk
histerektomi, yaitu sebagai berikut (3):
§ Perdarahan
uteri berlebihan
-
Perdarahan berat
-
Anemia
§ Perasaan
sakit yang disebabkan myoma
-
Akut dan berat
-
Tekanan pada abdominal
bawah dan punggung bawah
-
Tekanan pada kandung
kemih yang menyebabkan frekuensi miksi meningkat yang bukan disebabkan karena
infeksi.
Kriteria
tambahan termasuk keinginan pasien untuk mempertahankan uterus untuk
kesuburannya atau untuk keinginan pribadi mempertahankan uterusnya. Kemungkinan
untuk kambuh lagi tetap ada setelah myomektomi, maka ada kemungkinan untuk
mengulangi prosedur operasi serupa di masa mendatang. Karenanya jika pada
pasien yang tidak ingin lagi mempertahankan uterusnya maka histerektomi
merupakan pilihan. (3).
Novak’s gynecology juga mengungkapkan beberapa indikasi bedah
pada myoma :
1.
perdarahan
uterina abnormal dengan anemia dan tidak berespon dengan terapi hormonal.
2.
nyeri
kronis dengan dysmenorrhea, dysparenue atau tekanan abdomen bagian bawah yang berat
3.
nyeri
akut, karena torsi leiomyoma pedunculated atau prolaps myoma submukosal
4.
keluhan
traktus urinarius seperti hidronefrosis
5.
infertilitas
dimana myoma merupakan penemuan satu-satunya
6.
pembesaran
uterus yang jelas dengan keluhan kompresi.
Histerektomi masih diperlukan oleh 25-35%
penderita tersebut.(6) Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang
umumnya adalah tindakan terpilih.(2) Histerektomi secara umum
dilakukan pada myoma yang besar dan multipel. Histerektomi total umumnya
dilakukan dengan alasan mencegah timbulnya karsinoma servix uteri. Histerektomi
supravaginal (subtotal) hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran dalam
melakukan histerektomi total dan harus dilakukan Pap’s Smear setiap tahun
sekali. Pada wanita yang belum menopause sebaiknya ditinggalkan satu atau kedua ovarium untuk:
a. Menjaga
agar jangan terjadi menopause sebelum waktunya;
b. Mencegah
penyakit jantung koroner atau aterosklerosis umum.
D.
Radioterapi
Tindakan ini bertujuan untuk agar ovarium tidak berfungsi
lagi sehingga penderita mengalami menopause dan diharapkan akan menghentikan
perdarahan nantinya (1,2).
Syarat-syarat
dilakukan radioterapi adalah: (1)
- hanya dilakukan pada wanita yang tidak dapat
dioperasi (bad risk patient) (1)
- uterus
harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan (1)
- bukan
jenis submukosa (1)
- tidak disertai radang pelvis atau penekanan
pada rektum (1)
- tidak dilakukan pada wanita muda sebab dapat
menyebabkan menopause (1)
- tidak
ada keganasan uterus (2)
E. Embolisasi Arteri Uterina / Embolisasi Myoma
Uteri
Merupakan
teknik terbaru yang sudah diterapkan di negara-negara maju, yaitu dengan cara
menghentikan suplai darah ke uterus dan tumornya, sehingga tumor menyusut. Cara
kerjanya adalah dengan menyuntikkan partikel-partikel kecil melalui kateter
kedalam arteri uterina yang juga memperdarahi myoma. Darah akan membawa
partikel tersebut sampai menyumbat cabang arteri dan menghambat peredaran darah
ke myoma secara permanen. Akibat adanya emboli dari partikel tersebut, myoma
akan menyusut dan kemudian mengecil. Teknik ini memiliki beberapa keuntungan
antara lain, tidak ada insisi, waktu penyembuhan lebih singkat dan resiko perdarahan lebih kecil. Syarat
melakukan Embolisasi arteri uterina adalah penderita yang mengalami perdarahan
hebat, myoma uteri yang menekan rektum dan kandung kemih, pasien yang menolak
histerektomi dan tidak ingin punya anak lagi (9,10).
Komplikasi terumum dari embolisasi arteri uterine adalah sindrom post
embolisasi. 1 % wanita menjalani histerektomi setelah embolisasi, biasanya
karena infeksi (19). Embolisasi arteri uterina membutuhkan tindak
lanjut jangka panjang dan wanita harus diberi peringatan akan adanya komplikasi
kemudian (20). Tingkat kekambuhan embolisasi arteri uterina 10 %
setelah 2 tahun (21).
Embolisasi
arteri uterina mempunyai resiko untuk infeksi parah dari leiomyoma yang
mengalami infark setelah prosedur ini (22).
Myoma Uteri dan Kehamilan
Perlu diketahui bahwa ada sebanyak 445 kehamilan
yang dikomplikasi
oleh adanya
Leiomyoma per tahunnya. terdapat spekulasi bahwa pertumbuhan myoma pada kehamilan berhubungan
sinergis dengan aktivitas estradiol dan HPL (Human Placental Lactogen) (3)
Pengaruh
myoma uteri pada kehamilan adalah (1,2):
- Kemungkinan abortus lebih besar
karena distorsi cavum uteri khususnya pada myoma submukosum.
-
Dapat
menyebabkan malpresentasi janin
- Dapat menyebabkan plasenta praevia dan
plasenta akreta
-
Dapat
menyebabkan perdarahan post partum
akibat inersia maupun atonia uteri akibat gangguan mekanik dalam fungsi myometrium
- Dapat mengganggu proses involusi
uterus dalam masa nifas
- Jika letaknya dekat pada serviks,
dapat menghalangi kemajuan persalinan dan menghalangi jalan lahir.
- Mioma servix atau isthmus yang
penanganan sectio cesaria segera.
- kelahiran prematur
- retained placenta
- Ketuban pecah dini
- IUGR
- Inversi uterus
Pengaruh
kehamilan pada myoma uteri adalah (1,2) :
- Myoma membesar terutama pada
bulan-bulan pertama karena pengaruh estrogen yang meningkat
-
Dapat terjadi degenerasi merah pada waktu hamil maupun masa
nifas seperti telah diutarakan sebelumnya, yang kadang-kadang memerlukan
pembedahan segera guna mengangkat sarang myoma. Anehnya,
pengangkatan sarang myoma demikian itu jarang menyebabkan perdarahan.
-
Meskipun
jarang, myoma yang bertangkai dapat mengalami torsi dengan gejala dan tanda
sindrom akut abdomen.
- Infeksi (prosesnya biasanya steril tapi dapat
dipersulit dengan adanya infeksi sekunder dari kavitas uterus).
Wanita hamil dengan miomektomi multipel yang
berulang , terutama jika sampai melibatkan kavum
uteri, harus melalui persalinan
secara SC untuk menurunkan resiko ruptur jaringan parut pada persalinan.
Terapi myoma dengan kehamilan adalah
konservatif karena myomektomi pada kehamilan sangat berbahaya disebabkan
kemungkinan perdarahan hebat dan dapat juga menimbulkan abortus (1,2).
Operasi terpaksa dilakukan kalau ada penyulit-penyulit yang menimbulkan gejala
akut atau karena myoma sangat besar (1). Indikasi utama dilakukannya
miomektomi pada kehamilan adalah torsi pada fibroid yang bertangkai.
Jika myoma menghalangi jalan lahir, dilakukan SC (Sectio
Caesarea) disusul histerektomi, namun myomektomi itu sendiri tidak direkomendasikan
untuk dilakukan pada saat sectio caesarea. Kalau
akan dilakukan enukleasi (myomektomi) lebih baik ditunda sampai sesudah masa
nifas (12 minggu setelah melahirkan) (1,3).
Prognosis
Myoma Uteri
Histerektomi dengan mengangkat
seluruh myoma adalah kuratif. Myomektomi yang extensif dan secara signifikan
melibatkan myometrium atau menembus endometrium, maka diharuskan SC (Sectio Caesarea)
pada persalinan berikutnya. Myoma yang kambuh kembali (rekurens) setelah myomektomi
terjadi pada 15-40% pasien dan 2/3-nya memerlukan tindakan lebih lanjut (3,8).
No comments:
Post a Comment